Kurangnya
Minat Belajar di Kalangan Mahasiswa
I.
Identifikasi
Masalah
Perkembangan mahasiswa dilihat dari
segi kognitifnya setiap tahun semakin menurun, motivasi belajarnya otomoatis
juga akan ikut menurun dan secara tidak langsung perkembangan kognitifnya juga
ikut menurun.
Penyebab sehingga penurunan itu terjadi
adalah yang pertama tentu tujuan mereka belajar itu tidak 100% dari minatnya,
yang kedua motivasinya sangat rendah yang ingin dicapai mengambang, hal itu
merupakan pengaruh pergaulan arus global (eksternal) sehingga mereka jauh dari
buku coba lihat mahasiswa, mereka lebih asyik facebook, twiter, dan chatting
berjam-jam daripada membaca. Jika minat membacanya kurang maka prestasinya juga
akan menurun.
Dampak dari kurangnya minat belajar
adalah karya tulisnya itu semakin hari semakin tidak bermutu apalagi dosen yang
membimbingnya tidak jeli apakah ini tulisan mahasiswa sendiri atau hasil dari
tiruan dari hasil-hasil penelitian yang telah ada. Kalau dosennya tidak jeli
seperti itu maka mahasiswa akan menyalin saja, bahkan banyak yang membeli
skripsi. Mahasiswa juga banyak yang menyontek ketika ujian hal ini dilakukan
karena mereka kurang percaya diri yang disebabkan oleh kurang membaca sehingga
pengetahuannya sangat minim, kalau sudah ujian seperti itu tidak ada rasa
malunya.
II.
Skala Prioritas
Landasan utama bagi
pembentukan cara belajar yang baik adalah adanya sikap mental yang baik. Ada
empat sikap mental yang harus dikembangkan setiap mahasiswa agar dapat belajar
secara sehat, benar dan sukses di Perguruan Tinggi, yaitu.
1. Tentukan tujuan belajar sejak awal
2. Kembangkan minat terhadap pelajaran
3. Tumbuhkan kepercayaan pada diri
sendiri
4.
Wujudkan
keuletan dalam belajar
III.
Alternatif
Pemecahan Masalah
Solusi yang tepat untuk mengatasi
kurangnya minat belajar di kalangan mahasiswa selain di atas adalah dengan
mengembangkan diri mahasiswa yang ditunjang dari sarana dan prasarana
yang ada di kampus. Sarana yang ada di perpustakaan lengkap atau tidak. Kalau
buku-buku di perpustakaan lengkap mahasiswa bisa lebih giat lagi membaca,
apalagi bagi mahasiswa yang tidak mampu tidak harus membeli buku untuk dibaca
dan dipelajari tapi cukup pinjam saja di perpustakaan
IV.
Penyelesaian
Masalah
1.
Tentukan
Tujuan Belajar
Belajar di Perguruan Tinggi
harus diarahkan kepada suatu cita-cita tertentu. Cita-cita yang diperjuangkan
dengan kegiatan belajar tersebut lalu menjadi tujuan belajar. Biasanya tujuan
belajar di perguruan tinggi akan bersambung dengan tujuan hidupnya. Apakah
kelak ia ingin jadi dokter, ahli hukum, akuntan, pengusaha, militer dan
sebagainya. Tujuan belajar yang bersambung dengan cita-cita di masa depan itu
akan merupakan suatu pendorong untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tanpa
motif untuk meraih cita-cita maka semangat belajar akan padam, itu artinya
keberadaan anda sebagai mahasiswa di perguruan tinggi hanyalah sebagai
penggembira dan '‘dari pada nganggur saja di rumah”. Belajar tanpa cita-cita
dan tujuan masa depan sama dengan layangan putus yang melayang tanpa arah. Oleh
akrena itu karena saat ini anda telah memutuskan untuk belajar ilmu ekonomi
(misalnya) maka bulatkan tekad anda untuk menjadi ekonom atau ahli ilmu
ekonomi. Kalau cita-cita anda di luar dunia ekonomi lebih baik anda segera
cabut dari STIE-S sekarang juga. Jangan memutusakan kuliah di STIE ini kerena prinsip
“daripada nggak kuliah” atau karena ikut teman. Karena STIE-S bukan keranjang
sampah untuk menampung para penganggur-penganggur berduit.
2.
Minat terhadap Pelajaran
Setelah memulai
belajar, hendaklah setiap mahasiswa menaruh minat yang sebesar-besarnya
terhadap pelajaran yang diikuti. Minat tidak hanya ditujukan kepada satu atau
dua mata pelajar yang pokok saja, melainkan juga terhadap semua mata pelajaran.
Suatu pelajaran akan dapat diikuti dengan baik bila di dalam diri pelajar ada
minat, sebab dengan minat itulah konstrentrasi akan terbentuk.
3. Kepercayaan Pada Diri Sendiri.
Setiap
mahasiswa harus yakin bahwa ia mempunyai kemampuan untuk memperoleh hasil yang
baik dalam usaha belajrnya. Dengan self confidance (rasa percaya diri) dan self
acceptance (penerimaan diri sendiri) ini mahasiswa pasti akan dapat mengikuti
dan mengerti pelajaran-pelajaran di fakultasnya dengan baik. Namun demikian ,
dalam membangun rasa percaya diri ini juga harus rasional, dalam arti asal
percaya diri tanpa mempersiapkan diri dengan baik. Rasa percaya diri harus
dibarengi dengan kemampuan menghitung kemampuan diri alias waspada, sehingga
tidak "asal wani” dan asal maju. Kalau ini yang terjadi, maka ini namanya
sembrono. Dengan rasa percaya diri maka tidak ada mahsiswa yang nyontek jika
ujian. Rasa percaya diri yang positip akan menjauhkan mahasiswa dari perilaku
curang dan kenistaan intelektual dalam kegiatan akademiknya.
4. Keuletan
Yang memulai pekerjaan
itu banyak, tetapi yang dapat tahan hingga proses pekerjaan itu berakhir
hanyalah sedikit. Demikian pula yang memasuki perguruan tinggi setiap tahunnya
sangat banyak, tetapi yang bisa tahan sampai selesai pelajarannya tidaklah
banyak.
Kehidupan mahasiswa
selama belajar di perguruan tinggi itu penuh dengan kesulitan-kesulitan. Mulai
dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan sosiokultural,
kesulitan lingkungan dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut akan lebih
terasa lagi bagi mahasiswa yang bekerja atau dan yang telah berkeluarga. Oleh
karena itu setiap mahasiswa harus mempunyai “keuletan’ dan kesempatan jasmani
rohani, mental maupun fisikalnya. Keuletan rohani jasmani akan membuat
mahasiswa berani menghadapi segala kesulitan dan tidak mudah pustus asa. Untuk
memupuk keuletan itu maka hendaklah kesulitan itu ditempatkan / dipandang
sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan sebagai penghambat yang membuatnya
nglokro. Motivasi yang kuat akan menjadi sumber energi yang besar dalam
menghadapi tantangan-tantangan dan kesulitan-kesulitan tadi.
Selain itu dari fakultas/prodi juga
harus memberikan dukungan berupa pelatihan-pelatihan, kegiatan ilmiah, kemudian
gaya mengajar dosen harusnya memberikan tugas, harus ada respon paling tidak
untuk penguatan, baik atau tidaknya tugas tersebut. Dengan kegiatan ilmiah yang
diadakan maka mahasiswa harus menyadari bahwa ilmu yang didapatkan dari dosen
belum seberapa dibanding perkembangan teknlogi yang semakin bertambah sehingga
mahasiswa dapat menambah ilmunya dengan memanfaatkan IPTEK tersebut karena di
internet itu setiap hari ada artikel-artikel yang berbeda, misalnya hari ini
tentang disiplin, besoknya lagi tentang informasi lainnya. Sekarang bukan lagi
hitungan hari melainkan setiap detik artikel di internet bisa saja berubah.
Mahasiswa yang malas beli buku, jurusan Bahasa Indonesia tidak punya kamus
Bahasa Indonesia, tidak punya EYD, dan tata bahasa baku. Jurusan Bahasa Inggris
yang tidak punya kamus Bahasa Inggris, tidak bisa berbahasa Inggris. Hal itu
adalah sesuatu yang yang tidak seharusnya terjadi. Penyebab terjadinya semua
itu adalah mahasiswa kurang berlatih keterampilan-keterampilan berbahasa kita
akhirnya lebih meningkat dan itu dikaitkan dengan mata kuliah.